Syngenta Media Gathering 2019
Sepuluh tahun ke depan, tantangan pertanian di Indonesia akan semakin kompleks. Jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 300 juta pada tahun 2030 membuat pemerintah harus mengantisipasi langkah-langkah tepat untuk menyediakan pangan yang memadai, aman dan berkualitas. Namun dalam pelaksanaannya pemerintah tidak bisa bergerak sendiri. Diperlukan sinergi lintas sektor untuk penguatan pertanian di Era Industri 4.0.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pada 12 Desember 2019 Syngenta bekerja sama dengan Institute for Food and Agriculture Development Studies (IFADS) mengadakan Media Gathering akhir tahun yang bertajuk “Strategi dan Kebijakan Pertanian di Indonesia 2019-2024: Pembangunan Pertanian di Era Industri 4.0 dan Kesiapan Milenial Menuju Indonesia Emas 2045”.
Hadir sebagai pembicara tamu adalah Irsan Rajamin, milenial penggerak pertanian dari Habibi Garden dan Prof. Dr. Ir. Dadang. M.Sc sebagai Ketua Tim Teknis Komisi Pestisida. Sedangkan topik pengantar disampaikan oleh Chairman of IFADS, Iskandar Andi Nuhung dan Midzon Johannis, Head of Business Sustainability Syngenta Indonesia.
Sekitar 40 media nasional, baik cetak dan online antusias mengikuti acara ini dan berinteraksi dengan para pembicara dipandu oleh Sekretaris Jenderal IFADS, Agusdin Pulungan.
Menurut Iskandar Andi Nuhung, tantangan terbesar petani Indonesia saat ini adalah usia sebagian besar petani di atas 45 tahun. Harus dilakukan regenerasi agar tidak terjadi kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pertanian. Oleh karena itu untuk menarik generasi milenial agar mau terjun di sektor pertanian, Irsan Rajamin memaparkan pentingnya memanfaatkan teknologi pertanian 4.0 yang memberikan kemudahan-kemudahan dalam bertani. Dari sisi industri, Midzon Johannis menegaskan pentingnya riset dan pengembangan untuk menjawab tantangan sektor pertanian, khususnya dalam menjawab perubahan iklim. Selain itu harus ada regulasi pemerintah yang memberi kesempatan seluas-luasnya agar sektor pertanian bisa lebih berkembang. Sementara itu Profesor Dadang mengingatkan dua tantangan utama petani, yaitu hama penyakit dan ketersediaan air yang dipengaruhi perubahan iklim. Beliau menambahkan bahwa penggunaan pestisida sebagai bagian integrated farming system memiliki peran tidak terpisahkan dalam ketahanan pangan negeri kita.
Dari keseluruhan topik yang dipaparkan, disepakati bahwa semua stakeholders perlu bersinergi dan berkontribusi dalam bidang pangan dan pertanian. Tidak hanya Kementerian Pertanian, tetapi juga penyuluh lapangan, pemerintah daerah, industri, akademisi, milenial maupun media. Ditegaskan dalam Gathering ini bahwa komunitas media memainkan peran penting untuk menyebarkan lebih banyak lagi berita-berita mengenai pertanian berdasarkan data dan fakta, sehingga mendorong adanya pemikiran dan aksi nyata dari berbagai pihak untuk mewujudkan pembaharuan dan inovasi pertanian di Indonesia.
Hasil diskusi dari media gathering ini akan dilaporkan oleh IFADS kepada Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk dibahas lebih mendalam, agar dapat ditindaklanjuti sebagai masukan untuk strategi pertanian Indonesia, khususnya dalam lima tahun mendatang.
Mari lihat beritanya lebih banyak lagi di:
Pikiran Rakyat